Selasa, 21 Julai 2009

Bom Hotel Jakarta : Sebuah Analisa Kaitannya Dengan SBY

Saya menerima sebuah keratan akhbar Serambi Indonesia dari seorang teman. Tarikh akhbar ini antara 19 atau 20 Julai 2009. Berita ini bertajuk ‘Bom Merupakan Operasi Untuk Diskreditkan Islam’. Ianya adalah sebuah kenyataan berbentuk kajian dan sanggahan oleh Direktor Lembaga Kajian Syariat Islam, Ust Fauzan Al-Ansori terhadap kes pengeboman hotel J.W Marriot dan Ritz Carlton.


Berikut saya catatkan isi-isinya dari awal sehingga akhir :


Direktor Lembaga Kajian Syariat Islam, Fauzan Al-Anshori menduga aksi bom yang terjadi di Hotel Ritz Carlton dan JW Marriot sebagai operasi untuk mendeskreditkan kelompok Islam. “Saya kira ini operasi untuk mendeskreditkan Islam. Asumsi (sangkaan) ini didukung modusnya yang menggunakan fakta palsu dengan meninggalkan bom yang siap (belum) meledak dikamar (bilik) 1808 di JW Marriot, “kata mantan jurubicara Majlis Mujahidin Indonesia (MMI) itu di Jakarta, Sabtu (18/7).


Menurut dia, tidak masuk akal ada orang yang masuk ke hotel yang dijaga super ketat dan meninggalkan bom yang masih aktif dikamarnya. “Ini tidak mungkin sebagai kecerobohan, tapi sebagai bukti palsu. Bukti ini nantinya akan ditujukan kepada kelompok Islam, Jama’ah Islamiyyah (JI), “kata Fauzan. Ia mengaku tak habis fikir pada 15 Juli 2009 ada tamu Hotel JW Marriot yang membawa detonater dalam tas (beg) laptop. “Pertanyaannya kenapa tidak terdeteksi (terkesan) X-Ray. Ini merupakan keahlian (kepakaran) dari orang tertentu yang spesialis bom dan tidak mungkin dilakukan kelompok JI, “ujarnya.


Bom di kedua hotel itu ketika diperiksa bahannya dinyatakan sama dengan bom yang digunakan pada pengeboman di JW Marriot tahun 2003 dan bom Bali. Dengan modus seperti itu, katanya, kelompok JI kembali dituding sebagai pelaku sehingga buntutnya (hujungnya) akan ada penangkapan terhadap aktivis-aktivis Islam. Menurut Fauzan, kejanggalan lain terlihat ketika Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dengan keberaniannya menduga aksi bom ada kaitan dengan proses politik yang sedang berlangsung, CNN dan media Australia justeru menunding kelompok JI. “Padahal SBY tidak pernah menyebut-nyebut kelompok JI. Pertanyaannya, kalau statement Presiden mengarah (kaitan bom kepada) proses politik yang sedang berlangsung, kenapa kemudian (pihak CNN dan media Australia) diarahkan kepada JI?”katanya.


Ia juga mempertanyakan keterlibatan Nurdin Mat Top dan kelompoknya yang dinilainya tidak mungkin bisa masuk ke hotel JW Marriot dan membawa bahan peledak seperti itu. Fauzan mempertanyakan keberadaan (kewujudan) Nurdin yang ditegarainya antara benar-benar ada atau sengaja ‘dipelihara’ mengingat (melihat kembali) pasukan keamanan tidak bisa menangkapnya. “Ketika mengejar Imam Samudra dan Mukhlas bisa cepat, namun kenapa menangkap Nurdin Mat Top bisa lama sekali. Ini pertanyaan-pertanyaan yang perlu dijawab sebelum menuduh JI, “katanya.


Ia memperkirakan, setelah JI dituduh terlibat, tuduhan selanjutnya akan diarahkan (dihalakan) pada Ust Abu Bakar Ba’asyir. Fauzan berharap pemerintah tidak cepat-cepat mengeluarkan stereotype kepada kelompok Islam kerana dari indikasinya, kasus (kes) bom ini merupakan operasi untuk menjatuhkan Islam.


“Kalau Islam di Indonesia sudah distereotipekan sebagai teroris, pihak asing kemudian buru-buru menawarkan bantuan untuk memerangi teroris. Setelah itu akan ada ‘bargainning’ dan ancaman bagi SBY untuk menjauhi partai Islam yang berkoalisi (bergabung) dengan partai pendukungnya, “kata Fauzan.


Mungkinkan ini permainan inteligen Negara-negara kuffar kerana ‘kurang senang’ dengan tindakan SBY yang menerima koalisi dengan partai-partai Islam dalam Pemilu Presiden lalu? Perlu diketahui, antara ‘kontrak politik’ beberapa partai Islam dengan SBY adalah, SBY mesti mendukung Palestin (perjuangannya). Inilah antara yang disalurkan oleh PKS dan diterima baik oleh SBY dan banyak lagi perkara-perkara yang dipersetujui oleh SBY mengenai Islam. Mungkin ‘kelembutan’ SBY dengan kelompok-kelompok atau partai-partai Islam ini sedang dibimbang oleh Amerika dan sekutunya?


Tidak hairan jika permainan inteligen ini begitu senang ketika pasca pemerintahan Megawati dulu kerana Mega memang benar-benar ‘lembut’ dengan Amerika.


Sahabat-sahabat pembaca boleh fikirkan sendiri….


Catatan: Kalimah-kalimah yang berbahasa Indonesia saya tukarkan kepada bahasa Malaysia didalam setiap kurungan-kurungan (…..) agar mudah difahami.

Tiada ulasan: