Jumaat, 14 November 2008

Pertahankan Jihad Siri 05 : Permulaan Operasi

Selain dari membaca buku ‘ajaib’ tersebut, apa unsur-unsur lain yang mempengaruhi anda untuk berjihad di Afghanistan ?

Intifadhah Palestin dan jihad Afgnanistan membuat diriku benar-benar geram dan gundah. Aku segera ingin selesai sekolah dan mencari kerja untuk mendapatkan ongkos ke Afghanistan. Tapi ya bagaimana, untuk beli kad hari raya dan diary sahaja aku harus mengorek tabungan hasil biasiswaku waktu itu. Alhamdulillah, Allah Maha Mendengar dan Maha Mengetahui. 3 tahun kemudian, doa aku dimakbulkan.

Tahun 1990, aku lulus Madrasah Aliyah Negeri Cikulur, Serang. Disebuah masjid Dewan Dakwah Islamiyyah Indonesia, tepatnya Masjid Al-Furqan, Jakarta, aku mendengar ceramah dari seorang yang aku kurang kenal namanya. Saat itu aku bertemu dengan seorang bernama Jabir (Syahid dalam peristiwa Bom Antapani, Bandung). Kami berkenalan. Entah bagaimana, perbicaraan sampai kepada topik jihad. Aku pun ceritakan buku-buku yang aku baca dan ia nampak serius. Setelah dia (agak) mengorek latar belakangku, seingat aku dia berkata, “ tahun ini ada keberangkatan, mau ikut nggak ?” Untuk memperkuat dugaanku, aku bertanya, “maksudnya ke Afghansitan ?”. Dia hanya menjawab, “ dik, udah, cepetan (cepat) cari ongkos sekitar Rp 300 ribu ( lebih kurang RM120) , insyaAllah kalau antum ikhlas, Allah akan mudahkan antum”.

Dari mana anda mendapatkan wang sebanyak itu?

Ada sedikit sisa tabungan hasil kirim artikel ke Panji Masyarakat ditambah dengan pemberian ibunda tercinta. Aku tak terlalu enak meminta wang dari ibu, tapi apa boleh buat. Setelah aku nyatakan hasratku, ibu memberikan wang yang aku perlukan. Wang itu hasil usaha aku menjual jilbab dan busana muslimah yang kadang-kadang kubantu mencarinya bahan-bahannya di Tanah Abang, Jakarta.

3 hari berikutnya, jumpa Kang (Abang) Jabir. Setelah mendapatkan pasport Jakarta dalam minggu yang sama, kami ke Dumai dan bermalam sehari.Esok harinya berangkat ke Melaka, Malaysia. Tinggal sehari lebih di Malaysia, esoknya kami berangkat ke Subang Jaya, Selangor. Dengan pesawat MAS, kami terus ke Karachi, Pakistan.Saat itulah aku rasa benar-benar berat meninggalkan tanah air. Setelah transit di Bombay, India, MAS yang kami tumpangi terus ke Karachi. Sehari semalam kami berkhemah di maehmon khana (ruang tamu) sebuah masjid di Karachi. Aku tak tahu apa nama daerah itu. Rumahnya gaya Paki-Afghan yang sangat sesuai dengan syariat Islam.

Selepas Subuh esoknya, perjalanan diteruskan. Melewati gunung-ganang yang indah, menumpang bas dengan penumpang yang sebahagiannya menggunakan bahasa ‘planet’ yang aku tak pernah kenal selama ini. Sepanjang perjalanan aku menutup muka dengan menggunakan ridah (selimut tipis) tidak bercakap sepatah pun. Sekali aku berbicara,orang akan tahu siapa aku. Perjalanan dipimpin oleh As-Syahid Jabir dan 2 orang Arab yang sampai sekarang aku tak kenal darimana dan siapa namanya. Menjelang Asar, dengan berjalan kaki selama lebih 4 jam, sampailah kami disebuah kem sederhana, Muaskar Khilafah. Disitu aku mulai dengan kehidupan baru.

Bagaimana kehidupan di medan jihad ?

Muzik kami adalah rentetan peluru, ledakan mortar dan hentaman zigoyak dan da-scha-ka (anti air craft gun). Nyanyian kami adalah nasyid-nasyid (sejenis acapella) pembangkit semangat jihad. Senandung kami adalah lantunan ayat-ayat suci Al-Qur’an yang tak berhenti 24 jam saling bergiliran. Tidak ada suara wanita, tiada tangis anak kecil, apalagi muzik-muzik jahiliyah, panggilan syaitan. Tidak ada seorang pun yang berani datang ke tempat ini kecuali benar-benar siap menggadaikan nyawanya di jalan Allah. Mereka yang datang ke tempat ‘aneh’ itu seperti hanyalah mereka yang siap membunuh atau dibunuh kafir, siap berjihad di jalan Allah. Buminya sangat sejuk saat turun salji.

Siaga tetap siaga. Waspada tetap waspada. Subhanallah, umu aku saat itu baru menjelang 20. Masih ada rona-rona jahiliyah. Masih ada guratan-guratan kenangan lama.

Ada yang melabel anda dengan pelbagai label seperti radikal wahabi, salah faham pada Islam dan sebagainya. Apa pendirian anda ?

Pada abad ke 20-21 yang sekarang kita hidup didalamnya, dunia Islam mengenali nama-nama ulama’ yang berkaliber internasional yang berusaha menempuh manhaj Salafus Soleh. Terlepas dari tuduhan Khawarij atau Murjiah oleh pihak–pihak tertentu. Mereka adalah Sheikh Muqbil Al-Wadi’I Al-Yamani, Sheikh Rabi’ Al-Madkhali, Sheikh bin Baz, Sheikh Salman Fahd Audah, Sheikh Aiman Al-Zawahiri, Sheikh Sulaiman Abu Ghaiths , Sheikh Azzam, Sheikh Hammud Uqala As-Syu’aibiy rhm.dan beberapa ulama’ lain. Sebatas yang kuketahui, fatwa mereka baik secara lisan atau tulisan, selalu merujuk kepada manhaj Salafus Solih.

Dalam masalah aqidah, aku tidak menadapati perbezaan pendapat antara mereka. Adapun soal furu’, hal itu biasa terjadi. Dan Islam tidak melarangnya selagi berada pada koridor syariat. Secara peribadi dan keluarga, dalam masalah berpakaian misalnya, jilbab atau hijab atau purdah, aku lebih setuju dengan fatwa para ulama’ Saudi seperti Sheikh Bin Baz, Sheikh Ibn Utsaimin, Sheikh Hammud At-Tuwaijiry dan lain-lain.

Dalam menyikapi dan menjaga diri berserta keluarga dari muzik dan alat-alat hiburan lain,selain berpegang kepada Syeikh Muhaddith Nashiruddin Al-Bani, aku juga berpegang kepada fatwa para ulama’ anggota Dewan Fatwa Saudi Arabia. Dalam masalah jihad, aku berpegang kepada fatwa para ulama mujahid yang mereka terjun langsung dan terlibat dalam jihad seperti Sheikh Aiman Al-Zawahiri, Sheikh Sulaiman Abu Ghaiths , Sheikh Usamah, Sheikh Azzam, Sheikh Mullah Umar dan juga fatwa Sheikh Hammud Uqala As-Syu’aibiy rhm.

Meskipun demikian, aku tidak berani menelan mentah-mentah fatwa-fatwa mereka. Sebab ijtihad seorang ulama’ bisa jadi benar dan bisa jadi salah. Kerananya aku membuat perbandingan fatwa-fatwa yang keluar dari ulama’-ulama’ tersebut. Aku cari titik persamaan selagi mungkin. Fatwa yang kuyakini lebih kuat atau lebih mendekati kebenaran, yang itulah yang kupegang dan kuamalkan. Wallahua’lam.

Memahami Islam dengan metode beginilah dikenal dengan manhaj Salafus Soleh. Pada skala yang lebih luas dikenal sebagai Ahlus Sunnah Wal Jama’ah.Kerananya, hendaklah mereka yang boleh berfikir dengan ilmiah berhati-hati memberi komentar atau label bagi mereka yang menempuh jalan yang berbeza dengan yang dia tempuh. Memberi label sesat, ekstrem dan lain-lain kepada kelompok tertentu, tanpa memeriksa atau pelajari latar belakangnya dan dalil-dalil yang mereka guanakan, pada akhirnya hanya akan menjadi ‘bumerang’ pada diri sendiri.

Mengenai Bom Bali apakah fatwa atau sandaran yang anda gunakan ?

Telah aku nyatakan sebelum ini. Dalam urusan jihad, sebelum aku melakukannya pada titik-titik ikhtilaf, aku akan berpegang pada fatwa para ulama’ mujahid. Yakni ulama yang terjun langsung ke medan jihad. Tak ubah seperti pesakit, jika sakit yang dideritainya kategori biasa, maka dia akan lari ke doktor umum. Tapi jika sakitnya sampai pada tahap tertentu, misalnya masalah kandungan, dia mesti berubat ke doktor spesialis kandungan.

Logika diatas dapat kita teruskan dalam konteks jihad. Para ulama’ yang tidak pernah turun berjihad dan terjun ke medan pertempuran. Bagaimana mungkin akan mengerti permasalahan dan selok beluk tentang jihad? Para ulama’ mujahid yang bajunya telah bercampur dengan debu-debu jihad, yang peluhnya bercampur dengan bau peluru dan mortir, yang telinganya tak asing dengan desingan peluru, yang hatinya kadang-kadang ketar-ketir saat bertemu dan bertempur dengan pasukan musuh, yang menyaksikan genangan darah dimana-mana, yang menderita luka sebagaimana Rasulullah didalam Perang Uhud, tentu mereka lebih mengerti, lebih menghayati dan lebih pantas menjawab permasalahan umat Islam khasnya berkenaan dengan jihad.

Dalam Islam, orang-orang yang berada di medan jihad, berjaga di benteng-benteng pertahanan dan bersiaga digaris depan, biasa disebut Ahluts Tsughur. Ulama’ yang berada di tempat seperti ini disebut ulama’ Ahluts Tsughur. Mereka lebih dekat kepada Allah, lebih banyak ingatkan kematian dan lebih dekat dengan hidayah Allah.

Mengapa anda melaksanakan operasi Bom Bali ini ?

Dunia Islam terlanjur kalah, dunia Islam terlanjur terjajah oleh Yahudi dan Nasrani. Dunia Islam terlanjur percaya dan membenarkan hampir seluruh informasi dan berita dusta yang dihembuskan oleh Amerika dan sekutunya. Usaha Drakula bin Monster Amerika untuk membunuh karakter ulama’ Ahluts Tsughur hampir berhasil. Otak bangsa-bangsa Muslim disebahagian besar dunia telah teracun oleh badai kebohongan yang sangat luar biasa.

Bila ulama’ ditangkap, dipenjara, dibunuh baik secara langsung oleh Amerika dan sekutunya melalui pemerintah boneka dinegara para ulama tersebut, kaum Muslimin hanya berpangku tangan dan bersikap bodoh atau pura-pura tak tahu. Mereka akan dilabel teroris, radikalis, fundamentalis, Islam garis keras, anti humanis, anti perdamaian, bla bla bla…

Islam adalah Rahmatan lil Alamin. Islam cinta damai, Islam adalah keselamatan, kesejahteraan. Membiarkan Baitul Maqdis dan Haramain (Makkah Madinah) dalam cengkaman Zionis dan Salibis bukanlah tindakan damai, bukan tanda keselamatan, apalagi kesejahteraan. Semua itu tindakan bodoh yang membawa kebinasaan. Membiarkan ribuan Muslimah diperkosa oleh kaum kuffar di berbagai belahan dunia bukanlah tindakan cinta damai, bukan tindakan Rahmatan lil Alamin. Ketidakpedulian itu semua adalah tindakan pengkhianatan !!!

Saat Khilafah Islamiyyah musnah, dunia kembali ke zaman jahiliyyah. Tak ada keadilan. Tak ada kedamaian. Perang dan peperangan lahir dari pedang. Genderangnya lahir dari dendam. Dendamnya menyala dari kedengkian kaum Salibis dan Zionis. 5 kali sehari hampir semilion Muslimin menghadap Masjidil Haram. Tetapi tahukan engkau, tahukah kalian umat Islam, tempat yang Allah sucikan itu kini dalam cengkaman Yahudi dan Salibis ? 100,000 tentera Salibis Amerika dan sekutunya telah menduduki Jazirah Arab. 30% dari mereka adalah tentera wanita.

Bangsa kafir penjajah itu melengkapi penghinaan terhadap tempat kelahiran Nabi dan turunnya wahyu. Total agresor itu berjumlah 130,000 personal. Sedangkan tentera Nasional Arab Saudi dibataskan hanya 50,000 personal tidak boleh lebih meski hanya satu personal. Mereka menawarkan diri untuk menjadi penjaga keamanan di Baitullah dan sekitarnya. Tetapi suara-suara dan niat suci itu berakhir dibalik jeruji besi. jara-penjara Arab Saudi penuh dengan ribuan Mujahid dan ulama’ yang tidak disukai oleh kerajaan tirani dinasti Saudi Arabia, dinasti As-Su’ud. Diantara mereka terdapat Sheikh Dr.Safar Hawali yang menulis tentang pendudukan zionis di Palestin dan Salibis di Jazirah Arab.

Fahd bin Abdul Aziz, sang Raja dinasti Su’udiyyah mengikut jejak langkah Mustafa Kamal At-Taturk dan Abu Righal (penunjuk jalan Raja Abrahah ketika serang Ka’abah). Ia dan gerombolan pembisiknya mengelabui mata Dewan Fatwa Arab Saudi. Akhirnya, ketua Dewan, Sheikh bin Baz telah keluarkan fatwa justifikasi tentang bolehnya menggunakan Amerika dan sekutunya untuk jaga keamanan Baitullah dan sekitarnya. Mulanya fatwa itu hanya berlaku untuk beberapa bulan. Tetapi terus diperpanjang. Sampai saat ini belu dicabut. Sehingga saat ini pasukan ‘Planet of The Apes’ @ Yahudi dan gerombolan Zionis masih mengangkangi Jazirah Arab dan bersiaga untuk mengadakan serangan berikutnya.

Aku Melawan TerorisImam Samudera

Bersambung…nantikan sambungannya mengenai apa lagi jenayah Amerika, Yahudi dan sekutunya ke atas dunia Islam termasuk dibeberapa wilayah di Indonesia yang menyebabkan kuatnya tekad As-Syahid (insyaAllah) untuk lakukan aksi pembalasan sebagai pembelaan ke atas maruah ummah yang sering dipermainkan.

Tiada ulasan: