Khamis, 15 April 2010

Pertahan Makam Mbah Priok: Tanjong Priok Berdarah Kembali

Sekitar 500 massa melakukan demonstrasi di hadapan Gedung Balaikota, Jakarta sebelum Zohor tadi bagi menyatakan sikap terhadap insiden berdarah Tanjong Priok semalam yang mencederakan lebih seratus warga. Di pihak Satuan Polisi Pamung Praja (Satpol PP), 3 orang anggota mereka tewas. Saat ini rundingan antara pihak pemerintah dilakukan dengan beberapa tokoh penting masyarakat setempat, para habib dan ahli waris Makam Mbah Priok.


Insiden berdarah semalam dikatakan bermula apabila warga mendapat maklumat bahawa makam tersebut akan dibongkar untuk tujuan pembangunan. Status kawasan makam tersebut sebenarnya telah menjadi sengketa antara pemerintah dan waris Mbah Priok bertahun-tahun lamanya. Kejadian rusuhan antara ratusan warga dan ratusan anggota Satpol PP serta polisi bermula sekitar jam 7 pagi semalam beberapa jam. Pada lewat Rabu malam, warga masih terus keluar dan membakar beberapa mobil Satpol PP dan polis yang ditinggalkan.


Bagi warga setempat, membongkar makam tersebut adalah satu tindakan yang melampau kerana ia dianggap makam keramat oleh warga setempat. Di dalam komplek makam ini terdapat 12 makam para habib (jika di Malaysia disebut keturunan Syed: para ulama). Antaranya adalah makam Habib Hasan bin Muhammad Al-Haddad yang sering disebut sebagai Mbah Priok. Beliau adalah pendakwah Islam di Jakarta sekitar abad ke-18 dan diperkirakan meninggal pada tahun 1756. Maklumat menyatakan beliau berketurunan dari Timur Tengah.


Pada tahun 1930, Belanda memindahkan makamnya dari Pulau Pondok Duyung ke Tempat Pemakaman Umum Dobo, Koja, Jakarta Utara. Pada tahun 1987, pemerintah Indonesia mengubah kompleks pemakaman Dobo ke TPU Budi Dharma di Cilincing. Ada pendapat yang mengatakan, rangka jenazah Mbah Priok telah dipindahkan pada tahun 1997. Namun setelah 2 tahun dipindahkan, ahli warisnya mendirikan komplek makam di tempat itu. Padahal tanah itu sudah dimiliki oleh PT Pelindo (sebuah syarikat). Versi lain pula menyatakan, pada tahun 1994 memang ada pemindahan makam dari Dobo ke Cilincing, namun saat makam lain dipindahkan, makam Mbah Priok tetap dipertahankan kerana dikatakan setiap kali usaha membongkar makamnya dilakukan, pekerja pembongkaran sering jatuh sakit.


Dalam insiden berdarah semalam, Front Pembela Islam (FPI) antara yang terkehadapan mempertahankan makam habib tersebut. Ketua FPI juga adalah keturunan habib iaitu Habib Rizieq. Namun, sangat disesalkan apabila makam Mbah Priok sering dianggap keramat sehingga amalan yang tidak sepatutnya dilakukan di komplek ini konon untuk meminta berkah. Hari ini ratusan umat Islam berduyun-duyun datang ke tempat kejadian khasnya golongan habaib (habib-habib) dari seluruh Indonesia.


Menteri Komunikasi, Bapak Tifatul Sembiring (Pres.PKS) turut memperingatkan media agar tidak mengulang lagi tayangan video detik-detik tragis semalam yang memperlihatkan aksi kekerasan dari pihak polis yang membelasah warga dan warga yang menyerang polis. Ini bagi mengelakkan berlakunya provokasi dari mana-mana pihak yang mengundang tragedy berdarah ini berlaku kembali mengingatkan Tanjong Priok pernah bermandi darah sebelum ini dalam kebangkitan umat Islam mengahadapi pasukan keselamatan pada 1984.


Ini adalah tragedy berdarah kedua yang berlaku di Tanjong Priok selepas tragedy 12 Sept 1984 di era regim Suharto. Saat itu ratusan umat Islam dibantai pasukan keselamatan. Masjid diserbu polis tanpa menanggalkan kasut dan puluhan umat Islam terkorban.

Tiada ulasan: