Ahad, 17 Mei 2009

Memburukkan Jama’ah : Punca & Penyelesaian

Ringkasan dari karya : Sheikh Abdul Hamid Al-Bilali.

Dalam konteks Gerakan Islam, ada sebuah penyakit yang sangat terkenal akan bahayanya, namun itulah yang sering berlaku. Ianya disebut النجوى ( An-Najwa ).

Definisi Bahasa: Najwa berarti – berbisik iaitu perbicaraan 2 orang tanpa melibatkan orang ke 3 atau menyembunyikan darinya. Hukum melakukannya adalah haram. (Rujuk Surah Al-Mujadalah: 8-10)

Definisi Istilah: Najwa berarti – perbicaraan sekelompok orang dari sebuah jama’ah (jama’ahnya sendiri) berupa kritikan kepada jama’ah tersebut atau kepada pengelolanya tanpa melibatkan qiyadah lembaga tersebut atau tanpa pengetahuan mereka.

Sabda Rasulullah s.a.w: Jika manusia berkumpul 3 orang ,janganlah 2 orang berbisik tanpa melibatkan orang ketiga. (Muttafaqun ‘Alaih)

Hubungan Antara Pengertian Bahasa & Istilah

Najwa dalam pengertian bahasa adalah menyakiti orang ketiga yang tidak dilibatkan dan menyebabkan keretakan kesatuan ruhani dan amal mereka. Demikian juga yang terjadi saat Najwa secara istilah, sebab hal ini akan mengakibatkan perpecahan, sakit hati dan kesedihan.

Gejala & Tanda-Tanda

- Sekelompok orang dari anggota sebuah lembaga (jama’ah atau pertubuhan) berkumpul dan berbual untuk mengkritik jama’ah dan qiyadahnya atau sebahagian individunya yang menonjol tanpa pengetahuan qiyadah.

- Melakukan perbicaraan-perbicaraan atau perbincangan-perbincangan dluar perbincangan rasmi ( cth: mesyuarat dalam mesyuarat-pen )

- Membentuk kelompok khusus dan menjauh dari jama’ah tanpa pengetahuan personel jama’ah atau qiyadah lembaga tersebut.

Penyebab

1) Qiyadah atau personelnya pernah menolak pendapat atau usulan kelompok atau personel ini.

2) Personel atau kelompok ini memiliki dugaan bahawa qiyadah atau personel jama’ah menolak usulan atau pendapatnya atau berpendapat beza dengannya.

3) Ada seorang tokoh dalam jama’ah yang berbeza pandangan dengan qiyadah, lalu menanamkan pengaruhnya kepada kelompok ini.

4) Tidak mengetahui hukum syar’ie tentang Najwa.

5) Konsep dakwah tentang Najwa dengan segala permasalahannya belum difahami dan tertanam dengan baik.

Penyebab Lanjutan

1) Meniru model lembaga-lembaga politik Barat atau lembaga-lembaga lainnya yang tidak memiliki karakter ‘da’awiyah’ yang akhirnya mengajar agar dalam sebuah lembaga perlu ada kelompok penekan ( presser ), oposan dan lobi.

2) Pemahaman dakwah tentang thiqoh (kepercayaan) kepada jama’ah dan qiyadah dan juga pemahaman tentang iltizam yang akan melemah.

3) Pemahaman syar’ie tentang as-sam’u wat tho’ah dalam keadaan suka atau terpaksa selama tidak bertentangan dengan Islam juga akan melemah.

4) Qiyadah jama’ah bersempit dada terhadap pendapat lain serta tidak membuka peluang mendengar pendapat yang berseberangan.

Solusi

1) Memperluas peluang kemunculan pendapat lain, menambah kesempatan pertemuan antara qiyadah dan pemilik pendapat ‘lain’ agar pintu Najwa dalam jama’ah tidak terbuka.

2) Penekanan nilai tarbawi semenjak awal tentang makna as-sam’u wat tho’ah yang benar menurut syariat serta nilai-nilai dakwah seperti iltizam, thiqoh dan arkanul bai’ah (rukun-rukun bai’ah).

3) Menyelenggarakan pertemuan dengan kelompok Najwa dan mendengar pendapat mereka.

4) Meningkatkan komunikasi antara qiyadah dengan qa’idah untuk membuka ruang tanya jawab dan dialog tentang hal-hal ‘sensitif’ yang boleh muncul dari waktu ke waktu.

Solusi Lanjutan

1) Menyelenggarakan pertemuan dengan semua anggota jama’ah saat muncul satu problem ‘hangat’ yang mengundang banyak pendapat serta menyampaikan info-info secara utuh dari sumbernya secara cepat dan tidak ditunda-tunda.

2) Melakukan cross-check tentang mekanisme penyampaian informasi dari qiyadah kepada qa’idah dan mencheck kebenaran dan keselematan sampainya.

3) Memberikan job (pekerjaan) kepada kelompok Najwa agar mereka memiliki kesibukan dan meminimakan waktu kosong mereka (jika sibuk dengan tugas, mereka tidak sempat berbicara membuka keburukan jama’ah-pen )

4) Memperbaiki hubungan.

Penulis: Mudah-mudahan kita sebagai anggota gerakan Islam dapat mengambil manfaat dari penjelasan Sheikh Abdul Hamid Al-Bilali ini untuk kejayaan Islam.

Tiada ulasan: